Oleh Dennis Ramadhan Awal bulan Desember menandai akhir dari tahun 2025. Namun, situasi di Asia Pasifik, khususnya di Asia bagian timur, masih sangat panas. Baru-baru ini dikabarkan bahwa Cina mengerahkan sebanyak kurang lebih 100 kapal perang ke wilayah Laut Kuning, tepatnya di area Laut Cina Timur. Tidak diketahui secara pasti apa motivasi Cina melakukan hal tersebut, namun pengamat berspekulasi bahwa Cina ingin menunjukkan kepada dunia kekuatan maritimnya. Angkatan Laut Cina (PLAN) diketahui memiliki sekitar 370 aset militer laut, meliputi kapal perang, kapal selam, dan aset maritim lainnya. Jumlah aset maritim ini melampaui yang dimiliki oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dari segi kuantitas kapal. Pengerahan sebanyak 100 kapal perang Cina ke Laut Kuning ini cukup mengkhawatirkan negara-negara di kawasan regional. Tokyo, Taipei, dan Washington terus memonitor keadaan di Laut Kuning serta meningkatkan kesiapsiagaan terkait ...
Oleh Dennis Ramadhan
Presiden Rusia Vladimir Putin akhir-akhir ini mengeluarkan pernyataan yang
cukup mengejutkan: Rusia siap berperang dan mengalahkan Eropa! Pernyataan
ini disampaikannya di tengah proses negosiasi perjanjian damai antara Rusia
dan Ukraina yang sedang berlangsung. Perang antara Rusia dan Ukraina telah
berlangsung selama lebih dari 3 tahun. Perang ini menyebabkan ketegangan
antara Rusia dan NATO menjadi semakin besar dan dikhawatirkan akan memicu
konfrontasi langsung antara keduanya. Meskipun NATO tidak ikut terlibat
secara langsung dalam perang Rusia-Ukraina, NATO sangat aktif mengirimkan
bantuan militer ke Ukraina.
Pernyataan Presiden Putin ini bukan tanpa alasan. Selama beberapa tahun
belakangan, Rusia selalu melakukan latihan militer Zapad. Tahun 2025 ini,
Rusia dan Belarus melakukan latihan militer gabungan Zapad-2025. Latihan
Zapad-2025 melibatkan lebih dari 100.000 personel militer dari kedua negara.
Pada latihan militer ini, Rusia selalu mensimulasikan bagaimana kesiapan
militer Rusia dalam menghadapi NATO.
Dalam perang konvensional, banyak pengamat menilai bahwa NATO jauh lebih
superior dibandingkan Rusia. Peralatan atau alutsista militer milik NATO
jauh lebih canggih dan modern. Intinya, secara kuantitas dan kualitas, NATO
jauh lebih unggul. Namun, dari segi pengalaman tentu Rusia memiliki
pengalaman tempur yang cukup mumpuni mengingat Rusia saat ini masih
berperang melawan Ukraina.
Pertanyaannya, seberapa siapkah Rusia berperang melawan NATO? Tentu ada
beberapa faktor yang harus dianalisis mengingat keduanya belum pernah
terlibat konfrontasi langsung.
Pertama, dari segi anggaran pertahanan. NATO memiliki anggaran pertahanan
sebesar $1,5 triliun dolar dibandingkan dengan Rusia yang anggaran
pertahanannya hanya $74 miliar dolar. Dari segi anggaran pertahanan maka
jelas NATO lebih besar, dan anggaran pertahanan yang lebih banyak akan
memungkinkan NATO untuk mengembangkan persenjataan yang secara kuantitas dan
kualitas lebih baik dari Rusia.
Kedua, NATO memiliki persenjataan yang lebih modern dan canggih. NATO
memiliki tank tempur canggih kelas MBT seperti Leopard, Challenger 3, French
Leclerc, dan M1 Abrams. Sementara itu, Rusia masih mengandalkan tank tempur
T-90 dan peninggalan Uni Soviet. Tank tempur modern T-14 yang baru
dikembangkan oleh Rusia belum diproduksi secara massal sehingga kualitasnya
belum dapat dibuktikan. Dari segi artileri dan peralatan tempur darat
lainnya, kualitas persenjataan NATO sudah battle-proven dan lebih baik dari
yang dimiliki oleh Rusia. Hal ini juga berlaku bagi aset militer udara dan
laut seperti jet tempur dan kapal perang di mana dari segi kuantitas dan
kualitas NATO jauh lebih unggul.
Ketiga, kualitas teknologi alutsista militer sangat berpengaruh dalam
pertempuran. Rusia dalam hal ini masih jauh ketinggalan dari NATO dalam hal
kualitas teknologi persenjataan. Dalam hal intelijen, pengintaian, dan
pengawasan, kita tidak bisa mengatakan bahwa Rusia lebih baik daripada NATO.
Sebab beberapa kali aset militer strategis Rusia dengan mudah dihancurkan
oleh Ukraina berkat bantuan informasi intelijen dari NATO. Teknologi
persenjataan yang dimiliki Rusia masih mengandalkan teknologi era Soviet
yang sudah ketinggalan zaman. Tank T-90 Rusia memang cukup baik, tetapi
performanya tidak sebaik yang dibayangkan. Banyak tank T-90 yang menjadi
korban rudal anti-tank Javelin milik Amerika. Performa tank Rusia lain
seperti tank T-72 juga menjadi saksi keganasan dan superioritas tank M1
Abrams milik Amerika.
Dalam pertempuran udara, Rusia mengandalkan pesawat tempur peninggalan
Soviet seperti Su-27, Su-30, MiG-29, dan untuk jet tempur yang paling modern
ialah Su-35 dan Su-57. Sementara itu, jet tempur NATO jauh lebih canggih
dalam hal teknologi seperti F-35, F-22, F-16, Dassault Rafale, Gripen, dan
masih banyak lagi. Jet tempur NATO juga telah banyak mengalami pertempuran
udara. Rusia sampai saat ini belum mampu meraih superioritas udara di
wilayah Ukraina, justru banyak jet tempur Rusia yang berhasil ditembak jatuh
oleh sistem pertahanan udara Ukraina. Hal ini menunjukkan bahwa jet tempur
Rusia masih jauh ketinggalan dalam hal teknologi aviasi.
Keempat, strategi dan doktrin militer NATO lebih kompleks. Tentara NATO
dilatih dengan profesionalitas yang sangat tinggi. Semua komando NATO
terintegrasi dengan peralatan teknologi yang canggih. Doktrin militer yang
mengutamakan kualitas di atas kuantitas membuat NATO bukan lawan yang bisa
dipandang sebelah mata. Meskipun Rusia memiliki pengalaman tempur di
Ukraina, doktrin militer Rusia masih mengutamakan kuantitas di atas
kualitas.
Kelima, dari segi pengalaman tempur, baik NATO maupun Rusia sama-sama pernah
memiliki pengalaman tempur. Meskipun begitu, lagi-lagi doktrin militer lah
yang membuat perbedaan antara keduanya. Rusia masih terpengaruh dan
mengadopsi strategi tempur Uni Soviet. Rusia mengandalkan ribuan tentara dan
mobilisasi massa untuk dikirim ke front terdepan. Sementara itu, NATO
mengandalkan superioritas teknologi dalam strategi militernya.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa militer NATO jauh lebih unggul
dari Rusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas persenjataan. Tetapi
perlu diingat bahwa Rusia adalah negara dengan senjata nuklir. Jumlah
senjata nuklir Rusia juga yang paling banyak di dunia. Salah satu keuntungan
Rusia dalam perang non-konvensional adalah senjata nuklir yang dimilikinya.
Pada intinya, Rusia memiliki kesiapan secara taktis dan pengalaman tempur.
Tetapi itu semua tidak cukup untuk mengalahkan superioritas teknologi dan
kapabilitas militer yang dimiliki oleh NATO. Rusia mungkin bisa terus
mengirimkan ribuan orang ke front terdepan menghadapi lawan, tetapi jika
lawan memiliki keunggulan baik secara kuantitas maupun kualitas, maka Rusia
tidak akan mampu meraih kemenangan dengan mudah.
Tentara NATO bukanlah Al-Qaeda, Hezbollah, atau Hamas, tetapi tentara dengan
kesiapan tempur yang wajib diwaspadai oleh setiap lawan. NATO senantiasa
siap, Rusia harus waspada.
.jpg)
Komentar
Posting Komentar